ALUR CERITA : – Seorang gadis berkeliaran di kota mencari tempat untuk tidur. Sepanjang jalan dia bertemu ibu-ibu muda yang merayakan keibuan secara religius, pulang dengan seorang eksistensialis pantang yang menganggap seks sebagai “hanya pasar lain”, dan menunggu akhir kapitalisme di bar tarik. Usahanya untuk menulis buku tidak melampaui kalimat pertama dari bab kedua, dan dia tidak menemukan jarak antara galeri seni, studio yoga, dan tempat tidur orang asing. Alih-alih mencoba menyesuaikan diri, dia mulai menganggap depresinya sebagai masalah politik.

ULASAN : – Hal lain yang tidak perlu, di mana anak muda yang letih mengeluh tentang hal-hal yang tidak perlu. Karena tidak ada yang tersisa untuk dikatakan, orang mengatakan bahwa tidak ada yang tersisa untuk dikatakan. Oke, kami mengerti. Berhenti mengulanginya. Sangat tidak ada gunanya menjadikan film pseudointelektual, kusam, mekanis, dan dangkal sebagai komentar kritis terhadap pseudointelektualisme, kebodohan, mekanisasi, dan kedangkalan dunia kita. Semua limpa, sinisme, kekosongan, dan kekecewaan itu bukanlah hal baru atau menarik.